Sekolah

Transformasi Sekolah Digital di Daerah 3T: Harapan Baru Pendidikan Indonesia

Salah satu contoh sukses datang dari Sekolah Dasar Negeri di Pulau Kisar, Maluku Barat Daya. Sekolah ini, yang sebelumnya kesulitan mendapatkan akses buku pelajaran dan guru spesialis, kini memiliki laboratorium komputer mini, akses internet stabil, serta sistem pembelajaran yang terintegrasi dengan platform seperti Rumah Belajar dan Merdeka Mengajar.

Transformasi ini tak hanya memberi pengalaman belajar yang baru bagi murid, tapi juga memperluas wawasan mereka tentang dunia luar. Anak-anak yang sebelumnya belum pernah menyentuh komputer, kini bisa belajar coding dasar, membuat presentasi, bahkan mengikuti kuis online bersama siswa dari kota besar seperti Jakarta dan Bandung.

Peran Teknologi Satelit dan Energi Terbarukan

Salah satu tantangan terbesar di wilayah 3T adalah infrastruktur. Banyak daerah belum terjangkau jaringan internet fiber, bahkan listrik pun masih terbatas. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan teknologi berbasis satelit seperti Satria-1—satelit internet milik Indonesia yang diluncurkan akhir 2023.

Dengan dukungan Satria-1, lebih dari 10.000 titik layanan pendidikan di wilayah 3T kini memiliki akses internet dengan kecepatan yang cukup untuk pembelajaran daring. Teknologi ini diperkuat dengan penggunaan panel surya sebagai sumber listrik utama di sekolah-sekolah yang belum terhubung ke PLN.

Contohnya di Kabupaten Intan Jaya, Papua, sekolah-sekolah yang sebelumnya hanya mengandalkan genset kini menggunakan panel surya yang mampu menghidupi 10 laptop dan satu router internet selama 8 jam per hari.

Pelatihan Guru Jadi Kunci Sukses

Namun, teknologi saja tidak cukup. Transformasi pendidikan digital hanya akan berhasil jika diikuti oleh peningkatan kapasitas guru. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan program “Guru 3T Digital”, yaitu pelatihan intensif selama 6 bulan untuk guru di daerah terpencil agar mahir menggunakan teknologi pendidikan.

Pelatihan ini dilakukan secara hybrid—kombinasi pelatihan daring dan kunjungan lapangan oleh mentor dari kota besar. Para guru tidak hanya diajarkan menggunakan perangkat keras, tetapi juga bagaimana menyusun materi ajar digital, membuat video pembelajaran, dan memanfaatkan AI sebagai asisten pembelajaran.

Kini, banyak guru di wilayah 3T yang sudah aktif membuat konten edukasi sendiri, diunggah ke YouTube atau digunakan di kelas. Mereka bahkan mulai membuat ujian dan tugas berbasis digital, menggantikan kertas yang sebelumnya sulit diakses.

Related posts

Ppdb Diganti Spmb, Pakar Ugm: Tata Cara Baru Mulai Menguntungkan Sekolah Negeri

Denny

Leave a Comment