Tahun 2025 menjadi tonggak penting bagi pengembangan kecerdasan buatan (AI) buatan anak bangsa. Dalam beberapa bulan pertama tahun ini, lebih dari 15 startup teknologi asal Indonesia berhasil meluncurkan produk berbasis AI yang dipakai secara komersial di sektor industri, pendidikan, hingga pelayanan publik. Kemajuan ini tak lepas dari kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan pelaku industri teknologi digital nasional.
Salah satu produk yang paling menonjol datang dari kolaborasi antara Universitas Indonesia dan startup lokal di bidang edtech. Mereka mengembangkan AI pendamping belajar berbasis natural language processing (NLP) yang mampu mendeteksi kesulitan siswa dalam memahami materi dan memberikan bantuan adaptif secara real-time. Teknologi ini telah diuji coba di lebih dari 50 sekolah dasar di Jabodetabek dengan hasil yang positif.
AI di Sektor Kesehatan: Diagnosis Lebih Cepat, Akurat, dan Terjangkau
Bidang kesehatan menjadi salah satu sektor yang paling cepat mengadopsi solusi AI. Rumah sakit-rumah sakit besar di Jakarta, Surabaya, dan Makassar mulai mengimplementasikan sistem AI untuk membantu diagnosis penyakit seperti kanker, diabetes, hingga gangguan jantung.
Salah satu inovasi terbaru adalah aplikasi berbasis AI bernama “MedScanID”, dikembangkan oleh tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama perusahaan rintisan di bidang medtech. Aplikasi ini mampu menganalisis hasil rontgen, MRI, dan CT scan hanya dalam hitungan detik, dengan tingkat akurasi mencapai 93%. Dengan kecepatan dan ketepatan tersebut, pasien mendapatkan tindakan lebih cepat tanpa harus menunggu hasil dokter radiologi yang terbatas jumlahnya.
Selain itu, teknologi chatbot kesehatan yang terintegrasi dengan rekam medis digital juga mulai diterapkan di layanan primer untuk menjawab pertanyaan pasien, memberikan saran medis awal, dan mengarahkan pasien ke fasilitas kesehatan yang tepat.
Pemerintah Luncurkan Ekosistem Nasional AI
Menanggapi lonjakan perkembangan AI di dalam negeri, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika serta BRIN meluncurkan program “Ekosistem Nasional AI 2025”. Program ini bertujuan memperkuat regulasi, infrastruktur data, dan insentif pengembangan teknologi kecerdasan buatan agar lebih kompetitif secara global.
Program ini mencakup pembentukan pusat superkomputer nasional, standarisasi data, serta penyediaan pelatihan besar-besaran bagi tenaga kerja digital. Salah satu target ambisiusnya adalah menciptakan 10.000 engineer AI bersertifikat internasional dalam dua tahun ke depan.
Tak hanya itu, pemerintah juga mulai memetakan etika penggunaan AI, terutama dalam hal privasi data dan potensi bias algoritma. Regulasi yang sedang disusun mengadopsi praktik terbaik dari Uni Eropa dan OECD, dengan menyesuaikan pada konteks lokal Indonesia.
Tantangan: Akses Data dan Ketimpangan Teknologi
Walau perkembangannya mengesankan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam pengembangan AI. Salah satunya adalah keterbatasan akses terhadap data berkualitas tinggi. Banyak institusi masih belum membuka data secara terbuka karena alasan keamanan, hak cipta, atau belum adanya infrastruktur yang memadai.
Ketimpangan teknologi antarwilayah juga menjadi masalah. Sebagian besar pengembangan dan penerapan AI masih terpusat di kota besar di Jawa. Daerah luar Jawa masih kesulitan mendapatkan infrastruktur dasar seperti internet stabil, perangkat keras modern, dan SDM terlatih.
Untuk itu, pemerintah mendorong kolaborasi dengan sektor swasta dan kampus untuk membuka pusat inovasi AI di daerah, serta membentuk satelit pusat pelatihan yang menyasar kota-kota kecil dan wilayah perbatasan.